Tuesday 8 November 2016

Cerpen ''FATAMORGANA KU''






Kaki ku bergetar. Padahal belum genap dua menit aku berdiri disini. Semua mata yang memandangku seakan menjadikan nyaliku semakin menipis. Untuk itu kulakukan kebiasaanku. Mengetukkan kakiku ke lantai.
            “Silahkan…”, sebuah suara membuyarkan lamunanku.
            Ketukan kakiku terhenti. Aku mulai dapat fokus memandangi satu per satu penghuni di ruangan ini. Bibirku yang kaku perlahan dapat ku gerakkan.
            “Aku Monica. Pindahan dari Bogor.”, suaraku sedikit bergetar.
            Kemudian aku berjalan menuju sebuah tempat duduk yang kulihat kosong. Bersama seorang cowok. Ini pertama kalinya aku duduk sedekat ini dengan cowok selain Papa. Canggung? Sudah pasti aku rasakan. Namun beberapa saat kemudian cowok itu mengulurkan tangannya.
            “Gue Andreas. Salam kenal!”, katanya, sambil menyunggingkan bibirnya.
            Aku meraih tangannya, membalas jabatannya yang ramah. Namun aku masih saja tak bisa membuang jauh-jauh rasa canggungku. Memang, kata Papa aku mengidap suatu syndrome yang membuatku selalu merasa canggung terhadap orang-orang dan suasana baru. Termasuk lingkungan baru. Dan tahap penyesuaian diriku memang berbeda dengan orang lain. Waktuku untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, suasana dan orang-orang baru terbilang cukup lama. Maka dari itu, sebelum aku masuk ke sekolah umum ini, sejak aku menginjak kelas tiga SD, aku mengikuti Home Schooling. Dari situ aku jarang sekali bertemu orang-orang baru. Hanya kali ini, saat Papa mengatakan bahwa beliau harus dipindah tugaskan ke Bandung, aku terpaksa harus menyesuaikan diri lagi, yang sangat sulit kulakukan.
            “…Papa gue bilang, udah saatnya gue bisa membuka diri dengan orang-orang luar.”, jelasku.
            An, panggilan Andreas, seorang pendengar yang baik. Ia juga cowok yang ramah. Selain mendapat pengakuan dari guru kelas Kimia yang tadi mengajar kami bahwa An adalah murid yang cerdas, kurasa dia punya kelebihan lain. An mampu membuat orang dengan syndrome aneh sepertiku dengan mudah dapat langsung bercengkrama dengannya.
            Sekolah mulai sunyi. Hanya beberapa siswa saja yang masih sibuk mondar-mandir dengan berbagai kesibukannya masing-masing. Tiba-tiba seseorang menghampiriku dengan sepeda putihnya.
            “Nunggu jemputan?”, tanyanya.
            Aku hanya mengangguk.
            “Ikut gue aja. Sekalian, rumah kita kan satu arah.”, An turun dari sepedanya dan duduk disebelahku.
            Ia menengadah ke langit. Lalu sedetik kemudian kembali menatap kearahku. Ia kembali menawarkan ‘jasa’nya. Aku sedikit berfikir. Dan kurasa, tak ada salahnya menerima tawaran An. Aku duduk didepan An. Baru pertama kali ini aku naik sepeda. Sungguh. Apalagi dengan seorang cowok yang belum genap satu hari kukenal. Tapi aku bisa merasakan kenyamanan disisinya. Disisi seorang An.
            Angin berhembus menerpa rambutku. An semakin kencang mengayuh sepedanya ketika kami melewati sebuah tanjakan. Dan, whuuuuuuuu…..! Aku serasa dihempaskan oleh angin dan terbang. Jalan menurun yang cukup membuat perutku sedikit mual. Namun aku begitu senang dan tawa kami sangat lepas.
            Aku berbalik dan menatapnya. Ia tersenyum. Dan seketika waktu seakan berhenti berputar. Berhenti dan semua yang ada juga ikut tak bergerak. Hanya aku dan An yang saling menyunggingkan senyuman satu sama lain. Dan hanya detak jantung juga desah angin yang dapat terdengar. Aku semakin menatap mata cokelatnya lekat-lekat. Ia terlihat sangat indah. Jantungku semakin kencang mengguncang dadaku. Dan…
            “Kita udah sampe.”, sebuah suara membuyarkan lamunanku.
            Aku turun dari sepeda An.
            “Thank’s!”, ucapku pelan.
            An mengangguk dan tersenyum. Sebelum akhirnya dikayuh sepedanya yang terlihat begitu istimewa di mataku. Perasaanku campur aduk. Antara senang, deg-degan, lucu, gembira. Mungkin semua itu seperti sama saja. Namun sungguh, aku merasakan hatiku dipenuhi permen warna-warni. Aku mulai menggabungkan satu demi satu mozaik kejadian hari ini. Saat An tersenyum untuk pertama kalinya padaku. Saat ia mengulurkan tangannya. Saat ia menghampiriku dan saat kami tertawa lepas. Semuanya dapat kuingat dan tergambar jelas. Sampai-sampai aku tersenyum sendiri, dan apa yang Pak Amin, sopir yang sudah enam belas tahun melayani keluargaku, katakan sama sekali tak kugubris.
            “Neng, besok-besok lagi jangan pulang sendirian, ya? Neng Monic tungguin Pak Amin dulu. Ini kan tugas Pak Amin. Kalo Bapak tau eneng pulang sendirian kayak tadi, bisa-bisa Pak Amin di omelin Bapak, neng.”
***
            Aku menjabat tangan Papa dan mencium pipinya sebelum aku turun dari mobil. Aku berjalan riang menuju kelasku. Sekolah masih sepi. Kurasa masih terlalu pagi. Namun aku tak sendirian. An sudah asyik dengan laptopnya. Jari jemarinya asyik menari mengetikkan satu demi satu karakter yang muncul di layar laptopnya. Aku meletakkan tasku dan melirik apa yang sedang dikerjakannya. Sebuah program di Corral Draw sedang asyik dikerjakannya.
            “Bikin apa?”, tanyaku.
            “Bukan apa-apa. Buat mading edisi minggu ini.”, jawab An ramah.
            Aku mengamati pekerjaannya. Selain cerdas, ternyata An juga kreatif, pikirku. Aku duduk disebelahnya. Kupandangi sosok An. Ternyata dia manis juga. Bukan! Bukan hanya manis, melainkan dia adalah makhluk Tuhan yang sempurna. Dan aku rasa, aku jatuh…
            “Udah pilih ekskul?”, tanya An seketika.
            Aku kembali tersadar dari fatamorgana akan sosok An. Sesaat kemudian, aku menggeleng. An menyodorkan selembar kertas tentang ekstrakulikuler mading.
            “Kalo minat gabung aja. Mmm… kebetulan gue ketua ekskulnya.”, ungkap An, sebelum akhirnya ia tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.
            Langit mengatup. Suasana langit senja mulai memayungi Bandung. Aku duduk di lobby sekolah menunggu seseorang. Kali ini bukan Pak Amin yang kutunggu. Berulang kali kulirik jam tanganku. Pukul lima sore. Aku kembali melihat ke sekeliling. Sekolah sudah sangat sepi. Tapi aku akan tetap disini. Tak lama kemudian, sosok yang kunantikan datang juga. Aku bangun dari tempatku dan menghampirinya. An menghentikan laju sepedanya.
            Entah mengapa tiba-tiba nafasku terasa sesak dan jantungku berdegup satu juta kali lebih cepat. Apa yang kulakukan ini terlihat seperti gadis murahan? Ah, semoga tidak. Dan sepertinya An sudah tahu maksudku. Ia mempersilakan aku membonceng sepedanya.
            Sepeda An meluncur cepat. Malam mulai menggelayuti dan dinginnya udara Bandung mulai menyergap. Tujuan kami sebelum pulang adalah café mini yang tak jauh letaknya dari sekolah. Hari ini aku memang sengaja ‘menyewa’ An untuk menemaniku jalan-jalan. Kupikir, tak ada salahnya juga aku menyesuaikan diri dengan apa yang ada di Bandung. Bukan hanya orang-orang dan lingkungan sekitarku saja.
            Kami sampai di tempat tujuan kami. Café mini yang menyuguhkan beraneka macam kue-kue kecil manis. Namun seketika aku merasa syndrome ku kembali. Melihat sebegitu banyak manusia-manusia didepan mataku, aku seakan ingin mundur. Nyaliku kembali menipis. Rasanya ingin sekali aku berteriak dan lari. Namun An menggenggam erat tanganku. Ia menatap mataku lekat-lekat dan meyakinkanku semuanya akan baik-baik saja. Dia akan selalu ada didekatku.
            Kakiku kembali bergetar. Sekali lagi, aku harus mengetukkan kakiku beberapa kali agar rasa tegang yang kualami tidak terlalu parah. An kembali menatapku lekat-lekat dan sedetik kemudian tersenyum untukku. Cukup dengan senyumnya, kurasa aku bisa dengan mudah menghilangkan rasa takut dan canggungku. Aku kini merasa benar-benar aman. Setelah kutarik nafas sedalam mungkin, aku mulai merasa semuanya baik-baik saja selama ada An. Dan malam itu, kami bisa mengobrol hangat cukup lama.
            Malam tak terlalu berpihak pada kami. Suasana Bandung yang seharian berawan akhirnya diakhiri dengan hujan. Cukup deras memang. Dan terpaksa kami harus berteduh sejenak di teras café karena café sudah tutup. Aku mulai menggigil. Sekujur tubuhku basah oleh hujan. An terlihat mengambil sesuatu di tasnya dan dikeluarkannya sebuah jaket yang langsung dipakaikannya padaku. Aku merasa seperti ada dalam sebuah adegan di film-film romantis. Dan tak kusangka ternyata An juga menggenggam tanganku cukup erat. Sesekali diusapnya tanganku untuk membuatku merasa hangat. Apakah ini benar nyata terjadi padaku? Atau hanya mimpi? Kalau ini mimpi, aku minta izin untuk tidak dibangunkan selama beberapa waktu. Namun jika benar terjadi dalam kehidupan nyataku, biarkan ini berlangsung lama. Maksudku, biarlah hujan ini semalaman terus mengguyur dan tak jua reda. Agar semalaman ini juga aku dapat berada disisi An dan merasakan hangatnya tangan An.
            “Aaahhhh!”
            Tiba-tiba suara petir bergema dan memekakkan telingaku. Aku pejamkan mataku dan sesaat setelah bunyi petir itu menghilang, aku baru sadar ternyata aku sudah ada di dekapan An. Aku merasakan hangat dan aroma tubuh An yang khas. Tak lama kemudian kami saling pandang. Ia menatap mataku lekat-lekat. Aku juga memandang mata coklatnya yang indah. Dan perlahan ia semakin mendekatiku. Jantungku kembali menabuhkan genderang. Aku menelan ludahku dengan berat. Kini jarak antara wajah An dan aku benar-benar sudah sangat dekat. Sampai-sampai setiap desahan nafasnya yang beradu terdengar di telingaku. Aku hanya dapat berdiri diam tak dapat bergerak. Entah kedua kakiku kaku karena dinginnya malam ini atau karena An. Perlahan namun pasti, jarak kami sudah melebihi dari dekat. Aku pejamkan kedua mataku dan berusaha menikmati apa yang terjadi; dentum detak jantung yang semakin menjadi juga desahan nafasku dan An yang saling beradu.
            Shraaaassssshhh!!
            Sebuah mobil sedan melaju cepat dan mencipratkan genangan air kearahku dan An. An sedikit berjingkat dari tempatnya. Ia sedikit melirikku namun kali ini agak sedikit canggung. Seragam putihku seketika berubah menjadi coklat muda. Perutku cukup geli dengan apa yang baru saja terjadi. Aku tertawa kecil sambil melirik kearah An. An balas menatapku yang tertawa geli. Ia menggaruk kepalanya dan beberapa saat kemudian ikut tertawa, walau masih tersirat kecanggungan di wajahnya.
***
            Aku berjalan riang sambil bernyanyi kecil. Menenteng sebuah kantung plastik berisikan beberapa makanan kecil dan minuman. Kakiku melangkah menuju sebuah ruangan di sudut sekolah. Pintunya sedikit terbuka. Kulihat kesekeliling, namun yang ada hanya sebuah laptop yang masih terbuka. Aku mendekatinya, meletakkan bawaanku diatas meja kerja. Kuletakkan jari-jariku diatas keyboard. Disini biasanya jemari An asyik menari sambil menuangkan inspirasinya. Aku tersenyum. Namun seketika aku sedikit berjingkat. Terlihat noda darah di jari-jariku. Tapi aku tidak sama sekali terluka. Aku kembali melihat dan mengamati keyboard laptop An. Dan benar saja, ada beberapa tetes noda darah disana. Aku mulai celingukan. Seketika seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku berbalik dan mendapati sosok An yang sedang menyumpat lubang hidungnya dengan tisu.
            Ia kemudian mengambil tas belanjaan yang kubawa dan mengambil dua pocary. An masih diam. Dan aku mengamatinya lebih dalam.
            “Kenapa?”, tanyaku.
            “Gak.”, nadanya terkesan dingin.
            Aku menarik tangan An ketika ia hendak keluar ruangan. Ia menatapku. Masih tak bersuara. Aku seakan terjebak dalam suasana hening yang tak bertepi.
            “Mimisan lagi?”, aku tertunduk lesu, masih memegangi tangan An erat.
            An berusaha melepaskan genggamanku yang semakin erat. Dan ia berhasil. An melenggang menjauh dariku.
            “Aku cuma gak pengen kamu kenapa-napa. Cukup check up ke dokter udah gitu doang, kan? Kenapa susah banget!”, aku bangun dari tempat dudukku.
            An menghentikan langkahnya. Dalam hening aku terisak. Entah apa alasanku sampai air mataku bisa meluap seperti ini. Akhir-akhir ini An memang sering sekali mimisan. Dan aku juga merasa sifatnya banyak berubah terhadapku. Lima bulan sudah aku dan An menjalin sebuah hubungan special, namun baru akhir-akhir ini sikap An menjadi dingin tak bersahabat. Tanganku meraih tangan An dan menggenggamnya erat. Ditengah keheningan An menarikku dalam dekapannya. Ia mengusap pundakku pelan.
            “Semuanya baik-baik aja. Jangan khawatirin aku terlalu berlebihan. Oke?”, ucapnya lembut.
            Aku menenggelamkan kepalaku dalam dekapan hangat An. Dan semakin erat aku memeluknya.
***
            Kincir angin, komedi putar, serta hampir semua wahana di dunia fantasi ini sudah aku dan An jamahi. Hari ini An memang sengaja mengajakku ke taman hiburan hanya berdua. Bisa dibilang ini adalah kencan. Lima bulan menjalin sebuah hubungan dan inilah kali pertama kami nge-date. Agak aneh memang, tapi karena kesibukan kami masing-masing jadi urusan seperti ini kami kesampingkan terlebih dahulu. Walaupun aku banyak sekali mendapat kekecewaan.
            Petang menjelang. Namun rasanya aku tak mau beranjak dari tempat ini. Apalagi harus berpisah dengan An walau hanya semalam.
            “Mmh, haus gak? Aku beli soda bentar, ya?”, kataku yang langsung berlari meninggalkan An.
            Tak butuh waktu lama. Aku kembali dengan membawa dua kaleng soda kesukaan An. Kusodorkan satu untuknya yang berdiri memunggungiku. Namun ia tak menggubris kata-kataku. Aku menarik pundaknya lebih keras dan aku terkejut melihat hidung An yang tak henti-hentinya mengeluarkan darah.
            “Kita ke rumah sakit sekarang. Gak ada tapi-tapian!”, paksaku tegas.
            Kami tiba disebuah klinik milik Om An. An memintaku membawanya kesana daripada ke rumah sakit. Kini An benar-benar pucat. Jarum infuse terpasang di tangan kirinya. Nafas An naik turun seiring dengan detik yang terus berputar. Namun ia menggenggam erat tanganku dan tersenyum.
            “Udah. Aku bilang kan semuanya baik-baik aja. Gak per…”
            “Gak perlu khawatirin kamu! Apa kamu udah gila?”, potongku segera.
            Aku tertunduk lesu. Aku terisak dan tubuhku terguncang semakin kuat. Aku tak kuasa menahan tanggul air mataku ketika dokter yang juga Om An mengatakan bahwa sepupunya itu mengidap leukemia atau kanker darah.
            “Stadium empat. Dan An masih tidak mau untuk menjalani kemo therapy.”, jelas dokter.
            Bibirku kelu mendapati apa yang terjadi. Aku serasa terhempas sebuah badai hebat yang membawaku ke negeri antah-berantah. Aku memeluk An yang masih terbaring. Dan kembali menitikkan air mataku.
***
Aku memandangi An yang berusaha menelan satu per satu  berbagai macam obat untuk penyakitnya. Ia terlihat begitu menikmatinya dan menganggap semua obat itu seperti sebuah permen warna-warni yang manis. Namun, dapat kurasakan, An begitu tersiksa. Hingga akhirnya kurebut berbagai obat yang ada ditangannya dan aku menelannya. An nampak terkejut. Wajahnya yang semakin hari bertambah pucat itu pun memandangiku. Aku masih berusaha menelan semua obat An. Hingga akhirnya An menghentikanku. Suasana kembali hening. Aku kembali terisak. Nafasku mulai sesak menahan air mata yang sedari tadi kutahan.
"Cukup, Dan!", ucap An tegas.
An menarikku dan memelukku erat. Dalam dekapannya dapat kudengar isakan An yang juga tertahan. Ia mengusap lembut rambutku. Mencium keningku.
Malam semakin larut. Dan keadaan pun menjadi lebih baik. Kini aku terbaring dan bersandar di lengan An. Tangannya masih membelai lembut rambutku. Kami memandangi bintang di langit. Begitu indah.
"Kalau aku pergi nanti, aku janji akan jadi bintang kamu yang paling terang.", ucap An sambil menyunggingkan senyumannya.
Aku tak bisa membalas kata-katanya. Bibirku seakan beku. Hanya air mata yang dapat menggambarkan suasana hatiku malam ini. Aku benar-benar tak tahu apa yang  harus kulakukan. Menangis memang tak akan mengembalikan keadaan menjadi seperti semula. Seperti pada saat aku dan An selalu dipenuhi dengan canda tawa setiap harinya. Saat An selalu membawaku puas mengelilingi Bandung dengan sepedanya.
Aku memeluknya. Memeluk An dengan erat dan tak ingin sedetikpun melepasnya. Aku merindukan masa-masa itu. Masa-masa yang sepertinya hanya beberapa menit berlalu.
"Aku sayang sama kamu. Sama seorang gadis yang bernama Monica Shamita. Sayang banget!", An balas memelukku.
Aku sedikit tersenyum.
"Aku juga. Aku juga sayang kamu. Sama seorang cowok yang bernama Andreas Prama Putra. Sayaaaang banget.", balasku.
***
'Angin bertiup lembut. Membawa indahnya fatamorganaku kesebuah ruang tak bertepi. Aku terpaku. Menantikan sebuah angan konyol. Angan akan fatamorganaku yang nyata. Aku merasa diriku bagaikan sebatang pohon. Yang berdiri tegap dihantam badai. Namun berkali-kali badai menerjangku, sebuah pohon yang berdiri tegap, akhirnya kutemui sebuah titik dimana sang waktu yang akan menghempasku.
Daun-daunku beterbangan ditiup angin. Satu persatu meninggalkanku. Hingga akhirnya hanya sehelai daun kering di ujung dahanku yang menemani. Namun ia berbisik, "aku harus mengikuti kemana angin akan menerbangkanku". Ia terbang. Meninggalkanku dalam kesepian.
Dalam sebuah kesedihan, fatamorganaku datang. Membelai lembut dan berbisik, "Aku disini, fatamorgana yang dulu hanyalah sebuah anganmu, akan menjadikan diriku sebagai daun-daun yang telah meninggalkanmu. Dan aku tak akan pernah layu.'
Dalam keheningan, ia bersandar. Mengikatkan suatu arti kebahagiaan yang tak lagi hanyalah sebuah fatamorgana semu.'
Aku meremas kuat selembar kertas ditanganku. Air mataku mulai menggenang di pelupuk mata. Aku menggigit bibirku kuat-kuat. Disebuah bangku taman panjang ini aku termenung. Hening, sunyi. Desah nafas dan harum tubuh An seakan masih dapat kurasakan. Aku merindukan sosok An. Aku ingin menggenggam tangannya. Memeluknya dan berjuta kali mengucapkan janji bahwa aku mencintainya.
Langit semakin redup. Aku menengadah di bawah sang jingga. Sebuah bintang nampak berkelap-kelip. Lebih terang dibanding bintang yang lainnya. Perlahan senyumku mengembang. Tanganku berusaha menggapai bintang itu. Aku merasa seakan bintang itu tersenyum ramah kearahku. An, sosok yang kurindukan. Janjinya yang akan selalu menjadi sebuah bintang paling terang untukku telah ditepatinya.
Hembusan angin malam itu terasa bagai belaian lembut An. Aku mulai menerima apa yang telah terjadi. An tidak benar-benar pergi. Dia tak meninggalkanku.
"Terimakasih An. Terimakasih untuk segalanya.", bisikku kepada sang bintang  yang menemaniku malam ini.

Saturday 15 October 2016

MAKALAH MANEJEMEN KEWIRAUSAHAAN




BIOGRAFI RAHMAN HALIM 



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Wirausahaan merupakan suatu prose atau cara untuk melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang diharapkan dengan memproduksi, menjual atau menyewakan suatu produk barang atau jasa.
Dalam menjal;akan suatu usaha (wirausaha) seorang pelaku usaha harus memiliki skill (keahlian), tekad yang besar, modal, serta target dan tujuan, dan tempat.
Skill (kemampuan) dalam hal ini dibutuhkan karena seorang wirausaha pasti mempunyai skill untuk membantu melancarkan usahanya. Tanpa skill seorang wirausaha tidak akan mungkin bisa berwirausaha dengan lancar. jadi skill untuk seorang wirausah adalah modal utama yang harus dimilikki oleh seorang wirausaha.
Tekad apabila seorang wirausaha telah mempunyai skill yang mempuni tetapi tidak mempunyai tekad maka skill yang dimilikki akan sisa-sia karena skill yang mempuni itu tidak dapat tersalurkan tanpa adanya sebuah tekad yang kuat dan besar.
Modal, modal adalah aspek yang sangat menunjang dalam hal memulai dan menjalankan suatu usaha disamping mempunyai skill dan tekad seorang wirausaha harus memiliki modal sebagai alat untuk memulai usahanya.
Target dan Tujuan kedua aspek ini merupakan aspek yang harus dimiliki. Keduanya sangat penting karena tanpa target dan tujuan maka usaha yang sudah berjalan akan percuma dan usaha yang sudah dibangun tidak akan berjalan lama.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka penulis merumuskan masalah dalam makalah ini mengenai seorang wirausawan dari indonesia yang bernama Rahman Halim, diantaranya yang akan dibahas yaitu:
1.     Bagaimana latar belakang keluarga Rahman Halim dan Lee Byung Chull?
2.     Bagaimana latar belakang pendidikan Rahman Halim dan Lee Byung Chull?
3.     Bagaimama perjalanan karir Rahman Halim dan Lee Byung Chull?
4.     Bagaimana kiat wirausaha/pandangan hidup Rahman Halim dan Lee Byung Chull?
5.     Kesimpulan/pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Rahman Halim dan Lee Byung Chull.
1.3    Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulis mengangkat kisah tentang Rahman Halim dan Lee Byung Chull adalah sebagai berikut :
1.     Mengajak kita (pembaca) agar tertarik menjadi seorang wirausahawan.
2.     Dapat menanamkan sikap kwirausahaan dalam diri kita sejak dini.
3.     Agar sosok Rahman Halim dapat dijadikan sebagai motivator untuk membangun dan mengembangkan kwirausahaan.



1.4    Manfaat
Manfaat yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah
1.     Bagi Pembaca
·        Pembaca dapat mengembangkan ide-ide kreatif untuk dijadikan sumber usahanya.
·        Pembaca dapat mengetahui bagaimana cara berwirausaha.


BAB 2
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Keluarga
1.   Latar Belakang Keluarga Rahman Halim
RAHMAN HALIM atau Tjoa To Hing, lahir pada 30 Juli 1947 – 27 Juli 2008 adalah pemimpin perusahaan rokok Indonesia, Gudang Garam yang berbasis di Kediri, Jawa Timur.  Rahman Halim adalah putra dari Surya Wonowidjojo. Rahman Halim terlahir dari keluarga yang sederhana, terlihat dari kehidupan keluarganya yang berkerja sebagai pedagang.
Ayahnya, Surya Wonowidjojo, (almarhum) lahir di Fukien, Cina, dengan nama Tjoa Jien Hwie, datang ke Indonesia pada usia tiga tahun. Hidup berpindah-pindah di Sampang (Madura) dan Batu (Malang), Hwie dibesarkan di Kediri—tempat ia berjualan kain dan baju di kaki lima, atau berjaja dengan sepeda.
 Tahun 1950, turut mendirikan pabrik rokok bersama pamannya sendiri, Surya memisahkan diri enam tahun kemudian. Tahun 1958, setelah menganggur dua tahun, ayah sepuluh anak itu mendirikan perusahaan rokok Gudang Garam. “Mereka akan langsung terjun,” katanya. Padahal, Halim sendiri—dan seorang adiknya yang lain, Soesilo Wonowidjojo, ahli meramu saus yang menjabat direktur—hanya lulusan SMA dan tidak berpendidikan khusus bidang bisnis.
Pada tahun 1985, Bapak Surya Wonowidjojo wafat dengan meninggalkan kenangan indah kepada seluruh karyawan. Saat itu justru persaingan di industri rokok semakin ketat, dengan kondisi demikian, perusahaan harus berjuang demi kelestarian perusahaan dan kesejahteraan karyawan yang merupakan cita-cita beliau.
2.   Latar Belakang Keluarga Lee byung Chull
LEE BYUNG CHULL Uiryeong, Gyeongsang Selatan,Kekaisaran Korea merupakan pengusaha berkebangsaan Korea yang lahir pada tanggal 12 Februari 1910 di Uiryeong, Gyeongsang Selatan,Kekaisaran Korea. Lee Byung Chull latar belakang keluarganya menganut kepercayaan agama Konggucu. Lee Byung Chull  merupakan pengusaha pendiri Samsung yang pada saat ini dikenal masyarakat luas sebagai perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi. Samsung pada mulanya bukanlah perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi.  
Lee Byung Chull merupakan putra dari keluarga kaya dan dia sempat mengenyam pendidikan perkuliahan Di Wesda Tokyo namun tidak sampai lulus. Lee Byung Chull menikah pada usia yang cukup muda dia memperistri Park Du Eul, Park Du Eul sendiri merupakan seorang perempuan yang renhdah hati ,santun , dan hidup sederhana dan di karunia tiga seoarang anak yaitu Lee Kun-hee, Lee Myung-Hee, Lee Maeng-hee.



B. Latar Belakang Pendidikan
1.     Latar Belakang Pendidikan Rahman Halim
Siapa yang mengira bahwa seorang Rahman Halim seorang pendiri atau pemilik PT Gudang Garam yang merupakan salah satu PT terbesar dan merupakan 10 besar dalam deretan orang terkaya di Indonesia ternyata beliau hanya lulus SMA.
Rahman Halim menyelesaikan sekolahnya dari SD, SMP, SMA nya di Kediri Jawa timur. Setelah lulus SMA Rahman Halim tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Dia memilih untuk meneruskan usaha yang diwariskan oleh bapaknya. Namun berkat kegigihannhya dia sanggup untuk membuktikan bahwa dia bisa
2.     Latar Belakang Pendidikan Lee Byung Chull
Kesuksesan samsung tak bisa di pungkiri lagi dan tak bisa dipisahkan dari pendirinya yaitu Lee Byung Chull. Ia berasal dari seorang kaya raya, namun yang menarik dia hanya tamat SMA.
Lee Byung Chull sebenarnya pernah merasakan bangku kuliah di Universitas Wesda Tokyo walaupun tidak sempat melanjutkan kuliahnya sampai lulus. Namun ia sukses di bidan usahanya saat itu. Dia memilih untuk meneruskan usahanya yang dirintis dari 0.


C. Perjalanan Karir
1.   Perjalanan Karir Rahman Halim
Pria yang lahir di Kediri pada tanggal 30 Juli 1947 ini memiliki nama lain Tjoa To Hing. Ayahnya membangun PT Gudang Garam Tbk pada tahun 1958, tepatnya pada tanggal 26 Juni. Ayahnya yang memang menyiapkan Halim menjadi penerusnya menyuruhnya untuk belajar mengenal semua jenis pekerjaan teknis. Sepuluh tahun setelah Gudang Garam dibangun, ayah Halim baru mulai menikmati kesuksesan yang telah diupayakannya. Gudang Garam berubah menjadi perusahaan Perseoran Terbatas (PT) dan mendapatkan fasilitas PMDN pada tahun 1971. 
Halim mulai bergabung dengan “kerajaan” ini pada tahun 1969. Pada tahun 1987, suami dari Feni Olivia dan ayah dari dua anak ini memberikan lapangan kerja bagi lebih dari 41.000 orang  Di bidang tanggung jawab sosial, Halim menyumbangkan bangunan-bangunan layanan umum di Kediri. Ia menyumbangkan lampu penerangan jalan, pemandian umum, gedung nasional, gedung PMI, beberapa ruas jalan baru, dan sebagainya.
Dengan status PT-nya itu, Gudang Garam mengalami perkembangan yang pesat, baik dari segi kualitas produksi, manajemen, maupun teknologi. Pada tahun 1979, Gudang Garam mulai memproduksi Sigaret Kretek Mesin (SKM). Produksi SKM ini tidak merubah sifat Gudang Garam sebagai perusahaan yang menganut sistem padat karya.
Pria lulusan SMA ini lebih banyak belajar dari ayahnya. Dalam bisnis sejenis, Halim berada paling depan diantara rival-rivalnya. Gabungan Pengusaha Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) mencatat Gudang Garam meraih 45% pangsa pasar kretek di antara 10 pabrik rokok kretek nasional pada tahun 1988. 
Sebagai bentuk penguatan struktur permodalan dan posisi keuangan perusahaan, pada tahun 1990 Gudang Garam melakukan penawaran umum untuk menjual sebagian saham perusahaan kepada masyarakat melalui bursa efek. Setahun kemudian, Gudang Garam mengembangkan usaha di bidang kertas industri melalui PT Surya Pamenang yang terletak di kediri. PT Gudang Garam Tbk hampir memiliki 100% saham dari PT Surya Pamenang. Pengembangan bidang usaha ini bertujuan untuk menjamin kualitas bahan pengepakan.

Beromset sekitar IDR 800 milyar setahun, GG memberikan kesejahteraan yang baik kepada karyawannya. Gaji minimal karawan tetap dengan masa kerja 0 tahun IDR 133.500 dan tertinggi IDR 490.000, upah ini cukup tinggi saat itu (itu data lama, sekarang mungkin sudah berubah sesuai UMR daerah setempat). Bagi yang sudah bekerja di atas 10 tahun diberikan tambahan “upah masa” IDR 35.000 per tahun. Prinsip pengupahannya mencapai 19 kali gaji. GG, yang mengoperasikan 400 truk dan tiga helikopter sebagai sarana angkutan barang, meraih sukses karena didukung rasa ikut memiliki dari masyarakat setempat. “Biar ada yang nekat melempar bom ke GG, pasti semua orang Kota Kediri ikut mengamuk,” ujar Halim, memberikan contoh.
Pada tahun 1984, akhirnya Halim diangkat menjadi direktur utama dari Gudang Garam. Setahun kemudian ayahnya wafat dengan reputasi baik yang masih menempel di pikiran para pegawainya. Dengan omset mencapai 1,1 triliun Rupiah, Halim terus mengembangkan perusahaan keluarganya ini hingga dapat meraih gelar perusahaan terbesar di Asia Tenggara versi Majalah The Economist London. 

2.   Perjalanan Karir Lee Byung Chull
Pada awalnya Lee Byung Chull memulai usaha pertamanya dengan menggunakan modal yang berasal dari warisan yang diberikan oleh orang tuanya. Usaha pertama yang dia lakukan adalah membuka penggilingan padi namun usaha tersebut tidak berjalan dengan baik
Pada tahun 1938, Lee Byung Chull mendirikan perusahaan perdagangan ekspor di Korea. Perusahan tersebut beroperasi dengan menjual ikan, sayuran serta buah-buahan ke Cina. Perusahaan tersebut berkembang dengan pesat dan Lee Byung Chull memindahkan kantor pusatnya ke Seoul pada tahun 1947.
Tidak lama dari pemindahan kantor pusat tersebut terjadilah perpecahan perang Korea dan dia terpaksa meninggalkan Seoul. Dia melanjutkan usahanya di Busan namun usaha yang dia lakukan berbeda dari sebelumnya, dia memulai usaha pabrik gula yang bernama Cheil Jedang dan usaha pabrik gula tersebut merupakan usaha pabrik gula pertama di Korea. Pada tahun 1954 tepatnya setelah perang korea, Lee Byung Chull mendirikan Cheil Mojik dan membangun pabrik wol di Chimsan-dong, Daegu. Pabrik wol yang dia dirikan merupakan pabrik wol terbesar di Korea dan perusahaan tersebut berkembang dengan pesat serta menjadi perusahaan yang besar. Sejak tahun 1958 hingga seterusnya, Samsung mulai berekspansi ke industry lain seperti industry keuangan, media, bahan kimia dan pembuatan kapal sepanjang tahun 1970 –an. Samsung mulai memasuki industry elektronik pada tahun 1960-an. Metode yang digunakan agar perusahaan dapat berkembang dengan pesat adalah perusahaan membagi tugas kerjanya dalam bentuk divisi-divisi elektronik.
Divisi-divisi tersebut diantaranya Samsung Electronics Co Devices, Samsung Elektro-mekanika Co, Samsung Corning Co dan Samsung Semiconductor & Telecomunication Co serta membuat fasilitas di Suwon. Pada tahun 1969 Samsung Elektronics memproduksi televisi dan produk elektronik pertama Samsung adalah televisi hitam-putih. Pada tahun 1980, perusahan elektronik yang dikuasai oleh Hanguk Tongsin di Gumi mulai membuat perangkat telekomunikasi dan produk awalnya adalah switchboards. Berawal dari produk tersebut Samsung mulai memproduksi telepon dan faks yang pada akhirnya menjadi Samsung’s Mobile Phone Manufacturing. Kemudian dari[abrik tersebutlah Samsung telah menghasilkan lebih dari 0,8 miliar ponsel hingga sekarang.
Pada akhir 1980-an dan awal tahun 1990-an Samsung Electronics berinvertigasi dalam bidang penelitian dan pembangunan. Investasi ini sangat penting dilakukan untuk mendorong perusahaan kegaris depan dalam indistri elektronik global. Pada tahun 1980-an Samsung merupakan perusahaan manufaktur, distributor dan menujual berbagai peralatan dan produk elektronik di seluruh dunia.
 Pada tahun 1982 Samsung membangun sebuah pabrik perakitan televisi di Portugal kemudian pada tahun 1984 Samsung membangun sebuah pabrik senilai 25 juta dolar di New York serta membangun fasilitas lain senilai 25 juta dolar di Inggris pada tahun 1987.
 Beberapa tahun kemudian ,tepatnya pada tahun 1976 ,ia didiagnosis menderita kanker lambung dan menjalani operasi di Tokyo. Pada tahun 1987 pendiri sekaligus ketua dari perusahaan Samsung Lee Byung Chull meninggal dunia dan perusahaan diambil alih oleh anaknya yaitu Kun-Hee Lee sebagai ketua.
Pada tahun 1990 Samsung Samsung mulai membangun pabrik memperluas secara global di Amerika Serikt, Britania Raya, Jerman, Thailand, Meksiko, Spanyol dan China samapai tahun 1997 dan selama tahun 1990-an lah Samsung memproduksi radio, komponen computer dan perangkat elektronik lainnya. Pada tahun 1997 hampir semua bisnis di Korean mengalami krisis besar dan tidak terkecuali Samsung. Mereka menjual beberapa unit bisnisnya untuk meringankan hutang dan merumahkan karyawan menjadi 50.000 karyawan. Namun berkat industry elektronik Samsung berhasil bertahan dan terus berkembang hingga saat ini.


D. Pandangan Hidup
1.   Pandangan Hidup Rahman Halim
a.       Rendahnya Pendidikan Bukanlah penghalang bagi diri kita untuk menuju kesuksesan.
b.      Setiap kesuksesan kita, mereka (rakyat kecil) juga turut andil, tanpa mereka kesuksesan tidak berarti apa-apa.
c.       Catur Dharma Perusahaan terdiri atas empat poin penting: kehidupan yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas merupakan suatu kebahagiaan; kerja keras, ulet, jujur, sehat, dan beriman adalah prasyarat kesuksesan; kesuksesan tidak dapat terlepas dari peranan dan kerjasama dengan orang lain; serta karyawan adalah mitra usaha yang utama.
d.      senantiasa membuat suasana yang benar-benar kekeluargaan di perusahaan sebesar apapun.
2.   Pandangan Hidup Lee Byung Chull
a.       Tekad merupakan sumber Motivasi bagi kemajuan Dan kesuksesan! Mereka yang memiliki tekad yang kuat,Dia bisa menciptakan apa yang tidak Mungkin menjadi mungkin.
b.      Cita-cita yang tinggi tidak menjamin seseorang dapat meraih kesuksesan tetapi seseorang yang sukses pasti memiliki cita-cita yang tinggi.
c.       Fokus dalam bisnis adalah hal yang harus dimilkki seorang wirausahawan.
d.      Inovasi merupakan sebuah keharusan bagi perusahaan baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar.
e.       Kebahagian Tujuan Terakhir Perusahaan.
f.        Prinsip samsung : “keuntungan Bahwa lebih baik berjalan di atas tanah berbudaya daripada hanya sekedar memburu”.
g.      memiliki tanggung jawab sosial dengan cara melaksanakan kewajiban dasar sebagai sebuah perusahaan.
h.      peduli dengan lingkungan ,keselamatan , dan kesehatan dengan cara berusaha mewujudkan manjemen yang ramah lingkungan.
i.        menghormati pelanggan ,pemegang saham ,dan karyawan dengan cara memberikan prioritas tertinggi pada kepuasan pelanggan.
j.        memelihara budaya organisasi yang bersih dengan cara memisahkan secara tegas antara urusan pribadi dengan urusan bisnis.


E. Kesimpulan
1.   Rahman Halim
Halim berhasil membawa GG menjadi perusahaan besar. Dia melakukan revolusi, menjadikan Gudang Garam sebagai perusahaan terbuka dan terus membesar hingga selalu menjadi terbesar. . Dialah yang dinobatkan sebagai orang kedua terkaya Indonesia versi majalah Globe Asia edisi Juli 2007. Selain itu, Rahman Halim Orang Terkaya ke 4 di Asia Tenggara pada tahun 2004 menurut majalah Forbes, dan terkaya ke-214 di dunia pada 2005.
Perusahaan rokok Gudang Garam (GG) telah mulai besar ketika, pada 1969, Rachman Halim alias Tjoa To Hing diterjunkan ayahnya. Mula-mula disuruh mengawasi perluasan pabrik, lalu diajak melihat pencampuran saus, dan diajar membedakan rasa rokok. Ikut dalam manajemen lima tahun kemudian, baru pada 1984 Rachman yang sulung ini memangku jabatan Presiden Direktur PT Gudang Garam.
2.   Lee Byung Chull
Lee Byung Chull lahir pada tanggal 12 Februari 1910 dan meninggal pada tanggal 19 November 1987 di usia 77 tahun. Lee Byung Chull dikenal dengan nama panggilan Hoam dan Lahir di desa jeonggok , kota Euiryeong , provinsi Gyeongsang. Ia lahir dari keluarga kaya . Lee Byung Chull adalah putra pemilik tanah . Istrinya bernama Park Du Eul . Park Du Eul sendiri merupakan seorang perempuan yang renhdah hati ,santun , dan hidup sederhana .
Lee Byung Chull merupakan pendiri Samsung pada tahun 1938 .Ia adalah pionir Samsung yang kini menjadi penguasa pasar teknologi komunikasi dan elektronik .Lee Byung Chull pernah menjadi seorang tukang reparasi radio telekomunikasi untuk tentara Jepang pada Perang Dunia II .Ia terkenal sebagai orang yang kreatif dan gigih dalam mengutak ngatik sistem telekomunikasi .
Pada awal memulai karirnya sebagai pengusaha , Lee Byung Chull mendapatkan beberapa warisan dari keluarganya .Ia memutar otak dan menemukan sebuah peluang bisnis sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Lee Byung Chull memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan perdagangan ekspor. Maka Lee Byung Chull memutuskan memindahkan pusat usahanya pada tahun 1947 ke seoul . Ia kemudian memulai usaha baru nya yang dinamai Cheiljedang (pabrik gula) di Busan.Cheiljedang didirikan oleh Lee Byung Chull pada tahun 1953 dan menjadi pabrik gula pertama yang berdiri di Korea Selatan .
Pada tahun 1953 , Lee Byung Chull juga mendirikan Cheilmojik yang bergerak dalam usaha tekstil Cheilmojik merupakan pabril wol yang beroperasi di Chimsan –Dong ,Daegu. Memasuki tahun 1969 ,Samsung mulai berkiprah dalam pasar elektronik .Lee Byung Chull sudah mulai memproduksi televisi ,radio , dan beberapa elektronik lainnya .Pada Januari 1971 ,Lee Byung Chull mulai sakit-sakitan . Beberapa tahun kemudian ,tepatnya pada tahun 1976 ,ia didiagnosis menderita kanker lambung dan menjalani operasi di Tokyo .
Lee Byung Chull tetap berusaha maksimal untuk mempertahankan dan mengembangkan perusahaannya hingga ia meninggal pada tahun 1987. .Lee Byung Chull meskipun dikemudian hari anaknya ,Lee Kun Hee melakukan lebih banyak terobosan dalam pengembangan samsung .


RUMUSAN
NO
NAMA TOKOH
RIWAYAT PENDIDIKAN
PEKERJAAN ORANG TUA
RIWAYAT PEKERJAAN
KEKAYAAN
1
Rahman halim
Rahman halim bersekolah di kediri jawa timur dengan pendidikan SMA
Ayah bekerja sebagai penjual baju sebelum akhirnya menjadi bos pt gudang garam
1.      1958,mulai gabung dengan pt gudang garam

2.      Menjadi direktur presiden pt gudang garam hingga akhir hayat
Omset pertahun 1,1 triliun
2
Lee byung chull
SMA pernah kuliah namun tidakdiselesaikan
Pekerjaan ayah Lee Byung Chull adalah seorang bangsawan
Selalu menjadi bos dalam usahanya

kekayaan bersih sekitar US10,8 miliar








DAFTAR PUSTAKA



http://profil.merdeka.com/mancanegara/l/lee-byung-chull/